Tindakan orasi yang dilakukan dihadapan para petinggi kampus dianggap kurang etis karena tindakan tersebut seperti menunjukkan sikap kurang hormat kepada guru, para mahasiswa sendiri merasa bingung karena agenda yang dilakukan di luar agenda acara yang sudah ditentukan. Setiap mahasiswa UINSA diberikan kebebasan untuk mengapresiasikan hak mereka, namun apakah tindakan orasi harus dilakukan dengan tindakan yang kurang etis dan menyebabkan kerusuhan?!. PBAK yang awalnya menjadi ajang pengenalan akademik untuk mahasiswa baru di kampus, tetapi malah dijadikan sebagai alat untuk orasi dengan dalih mengapresiasikan suara mahasiswa.
"Aksi orasi yang diprovokasi mahasiswa lama memiliki pandangan pro dan kontra, aksi tersebut seharusnya bisa dilakukan setelah terlaksananya acara PBAK sedangkan jika dilihat dari sisi pandang positif aksi orasi yang dilakukan bisa mengajak mahasiswa baru untuk ikut serta dalam mengapresiasikan hak suara mahasiswa.” Ujar N. Tindakan orasi yang dilakukan oleh jajaran mahasiswa baru ternyata tidak ada briefing atau penjelasan dari waktu sebelumnya bahwa akan dilaksanakan tindakan orasi. Adanya pendapat yang dilontarkan oleh salah satu mahasiswa, hal tersebut membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh para jajaran mahasiswa lama dengan memanfaatkan para mahasiswa baru sebagai alat orasi merupakan tindakan yang kurang etis pada kegiatan yang berujung pada kurang kondusifnya acara.
Setelah terlaksananya aksi orasi tersebut, apakah perilaku tersebut akan dicap sebagai sebuah tindakan yang baik, atau bahkan suara yang diapresiasikan tersebut akan didengar oleh para jajaran petinggi kampus? Berikut pendapat salah satu narasumber yang berinisial N., “Saya merasa bahwa suara saya belum terwakilkan, karena belum ada tanggapan dari rektor sendiri." Kegiatan orasi maupun apresiasi setiap hak mahasiswa terhadap kampus patut untuk dilaksanakan tetapi juga dengan tindakan yang etis, dan tetap menunjukkan wibawa seorang mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. (RA, MAA).
Komentar
Posting Komentar