Ada Semangat Dibalik Garis Keras Fisip



Jumat (31/08/2018); ‘FISIP GARIS KERAS, Iki Fisip Cok’. Sebuah banner yang terpajang didepan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Tempat berlangsungnya kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiwaan (PBAK) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UINSA.  Di hari ketiga, 30 Agustus 2018, kegiatan PBAK tampak jelas tulisan yang sengaja dipasang pihak panitia PBAK FISIP ini menuai pertanyaan. Terutama dikalangan Mahasiswa Baru 2018. Alasannya UINSA merupakan  salah satu kampus yang dikenal dengan latar belakang integritas Ke-Islamannya.
Namun, kenyatanya tulisan yang dipamerkan panitia ini sebenarnya mempunyai makna filosofis dan sejarah.  Memang tidak sekali ini, FISIP memasang tulisan khas Surabaya. Tulisan kotroversial tersebut muncul pada PBAK 2018 guna menyambut kedatangan Mahasiswa Baru (Maba) khususnya di FISIP. “Sebenarnya tulisan itu sudah ada semenjak dulu, sebenarnya kalo menurut saya sendiri, sekedar pembuktian bahwa FISIP itu seperti ini, garis keras, apalagi ini Surabaya yang khas dengan kata seperti itu (Cok, red).” ujar Mevi Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) FISIP.
Mevi sendiri mengibaratkan, bahwa hal itu merupakan sikap untuk menjaga kedaulatannya FISIP. “Sejarahnya dulu ketika tahun 2015, Fisip punya tim Futsal. Nah, kebetulan saat itu karena pendukunggnya rame, untuk menyemangatinya, kata itu dipakai. Kenapa memakai kata itu? Yah, memang supaya beda dari yang lainnya” tambah Annisa Ajrlia, Sekretaris Dema FISIP yang kala itu mendampingi Mevi. Menurut Annisa, yang awal mulanya dari dukungan untuk rekan-rekan, sampai sekarang pun masih dipakai dan sudah menjadi bagian dari FISIP.
Dengan identitas ini, tentunya diharapkan maba bisa bangga menjadi bagian dari FISIP dengan jargon serta simbol-simbol yang selama ini dibuat FISIP. “Maba FISIP harus merasa, bahwa kita itu FISIP yang garis keras. Karena kita ini anak sosial politik yang harus keras ideologinya. Bukan keras seperti radikal, apalagi pemberontakan dan lain sebagainya. Tapi keras dalam artian berjiwa kuat, komitmen seperti itu,” jelas Annisa.
Annisa juga menjelaskan, bahwa ungkapan ‘Cok’ tersebut bukan merupakan hujatan, atau bahkan ppenyebaran kebencian. Tapi lebih kepada bentuk nyata penyemangat. “Kita ini di surabaya. Nah, Surabaya sendiri yang identik dengan kata itu, kita tidak harus selalu memaknai dengan keburukan. Karena ditanya keburukannya apa kan juga belum jelas, jadi kita juga lebih bisa memaknai dengn luas arti kata itu,” tutur Moh. Asrori, Ketua Panitia PBAK FISIP menambahkan.
“Mungkin itu lebih mencenderungkan FISIP-nya sendiri, dengan menunjukkan embel-embel FISIP yang tadi. Bisa membedakan dari fakultas yang lain, bahwa ini FISIP bisa lebih berani menunjukkan aksinya yang nggak selalu negatif” komentar Syabilla, salah  satu  Maba FISIP.[Bach/Asn]

Komentar