Pemuda sebagai Penggerak Literasi


Oleh. Ummu Saodah
Mahasiswa sebagai Agent of Change harus memiliki jiwa kepemimpinan. Pemuda sudah semestinya dengan kemampuan yang dimiliki mampu mewujudkan sustainable development goals yang ke-4, yakni quality education. Rendahnya minat literasi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia, baik dari sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Maka dari itu, negara kita sangat membutuhkan tenaga-tenaga pemuda yang berkualitas dan memiliki (skill gap) keterampilan. Kemudian, realitas tingkat literasi yang rendah kian menyulitkan, mengingat gempuran era digital yang telah mengubah gaya hidup manusia makin menjauhkan manusia dari bacaan buku. Masyarakat yang tidak literat pastinya akan menjadi "makanan empuk" bagi era revolusi industri yang bertumpu pada otomatisasi, digitalisasi, dan kecerdasan buatan. Karena itu, hanya masyarakat literat yang mampu jadi pemain di era digital. Sementara, kaum non-literat hanya menjadi penonton dan penikmat saja.


Maka, masalah tingkat literasi masyarakat tidak boleh dianggap sepele. Pemerintah dan penggiat literasi harus peduli untuk memacu tingkat literasi masyarakat. Minimal dengan membangun tradisi baca melalui taman bacaan di tengah masyarakat.

Berikut ini data-data literasi yang menunjukkan parahnya minat baca. Pertama, hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) Rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015. Penelitian PISA menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara lainnya. Hasil penelitian terhadap 72 negara, Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2 negara lainnya yakni Malaysia dan Kazakhstan tidak memenuhi kualifikasi penelitian). Indonesia masih mengungguli Brazil namun berada di bawah Yordania. Skor rata-rata untuk sains adalah 493, untuk membaca 493 juga, dan untuk matematika 490. Skor Indonesia untuk sains adalah 403, untuk membaca 397, dan untuk matematika 386.

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur menuturkan, pada tahun 2016 indeks minat baca di Jawa timur sebesar 69,75 persen, kemudian 2017 meningkat menjadi 72 persen, dan pada 2018 menjadi 74,25 persen.

Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah merekrut dan meningkatkan kualitas guru, sejalan dengan Kesepakatan Muscat Agreement (Muscat), sebuah perjanjian yang disepakati pada tahun 2014 oleh delegasi pertemuan Global Education for All yang diselenggarakan UNESCO di Muscat, Oman. Salah satu targetnya adalah semua negara memastikan bahwa pada tahun 2030, seluruh pelajar dididik oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi terlatih secara profesional, memiliki motivasi, dan mendapatkan dukungan.

Semakin banyaknya lulusan mahasiswa, diharapkan lulus dengan kualitas yang baik sehingga bisa dikatakan siap untuk memberikan pengajaran kepada pemuda di Indonesia. Maka dari situ perlunya fasilitas memadai untuk tenaga didik di Indonesia yang kebanyakan sekarang masih menjadi guru honorer atau guru dengan bayaran kecil. Tentu saja mereka tidak hanya fokus pada mengajar dan masih memerlukan biaya tambahan untuk memenuhi kebutuhannya.

Kami memberikan saran yang sistematik, yaitu dengan meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara kita, karena kualitas PNS di negara kita masih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Kami menawarkan solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Untuk meningkatkan literasi bisa mulai dari kelompok atau organisasi internal terlebih dahulu, misal dengan dibangun dalam prodi untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh kampus. Dimulai dari pemberdayaan mahasiswa Program Studi Sosiologi, dimana program tersebut dikoordinir langsung oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) jurusan untuk menggerakkan minat literasi Mahasiwa Sosiologi, yang tentunya tidak lepas dengan masyarakat.

Maka solusinya, cara pandang literasi harus diubah.  Literasi tidak boleh dipandang sebatas wacana atau gerakan apalagi diskusi dan seminar. Literasi harus menjadi budaya masyarakat dan mendesak untuk diimplementasikan. Caranya, semua pihak harus terlibat dalam praktik dan perilaku literasi, menjadikan masyarakat dekat dengan aktivitas membaca dan menulis. Salah satunya dengan cara membuat online reading group, yaitu membaca materi atau e-book yang dibagikan dan dikritik oleh seluruh anggota tersebut. Bisa sesuai dengan kondisi millenial yang harus siap menghadapi era revolusi industri 4.0, yang tidak bisa lepas dari genggaman teknologi.

Jadi kesimpulannya, Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulang punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena itulah, sudah saatnya budaya literasi harus lebih ditanamkan sejak usia dini, agar anak bisa mengenal bahan bacaan dan menguasai dunia tulis-menulis. Maka, pemuda menjadi tolak ukur untuk kemajuan bangsa dengan meningkatkan literasi.


Komentar

Posting Komentar