Politisasi Bansos di Tengah Pandemi Demi Mendapat Dominasi di Panggung Politik

Oleh. Al Chayyu Randy Sudirto
            Umat manusia sedang dicoba oleh sebuah wabah yang disebabkan virus baru yang bernama Covid-19. Virus ini ditemukan pada akhir 2019, awal tahun 2020 Indonesia telah dimasuki oleh virus ini, namul hal yang sangat disayangkan adalah pada saat itu pemerintah bersikukuh dan optimis bahwa virus tidak akan memasuki Indonesia. Dan setelah virus ini telah menyebar secara masif serta ibu kota juga menjadi episentrum, pemerintah baru sadar akan berbahayanya virus ini dan memulai untuk bergerak cepat termasuk elemen provinsi, kota, kabupaten, desa dsb walau masih terhitung agak terlambat.
            Tidak sedikit juga yang mengambil kesempatan ini untuk mencari peran di paggung politik, berbagai pejabat daerah contohnya yang begitu masif mengambil start untuk tidak ketinggalan dengan lawan politik lainnya. Sebut saja Bupati Klaten yang membagikan handsanitizer berbungkus foto pribadinya padahal kalau dilepas stikernya ada stiker "bantuan dari kemsos". Bukan hanya daerah Klaten, sebut saja sembako yang berstiker pejabat dan uang sembako dan stiker juga dari APBD yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Saat seperti ini daripada melakukan kampanye terselubung, rakyat lebih  membutuhkan bantuan kemanusiaan yang tulus tanpa embel embel kampanye. Sebenarnya kata kata seperti ini sangat sering didengungkan oleh pejabat sebelum menjabat "kepentingan rakyat adalah kepentingan kami juga" dan setelah itu kenyataan dengan janji berkontradiksi. Sulit memang menjadi pejabat pejabat jujur dan berintegritas yang konsisten, tapi jika ada rasa ikhlas dan bertanggung jawab bukan tidak mungkin akan banyak pejabat yang benar benar memikirkan rakyat.
            Dalam pendekatan teori strukturasi Giddens melihat dari sisi lain, jika praktis sosial bukan diproduksi oleh agen saja. Struktur menjadi kausalitas sehingga praktis sosial terjadi dan saling berkaitan antara agen dan struktur. Arti agen menurut Giddens adalah individu atau kelompok yang mampu terlibat atau tidak ikut terlibat dalam jalannya suatu peristiwa yang mempengaruhi jalannya peristiwa tersebut. Sedangkan struktur, adalah tatanan sosial yang mengikat agen dan mempengaruhi jalannya praktis sosial.
            Menurut teori yang dipaparkan di atas. Politisasi kebijakan terutama kebijakan bansos bukan hanya dari faktor agen saja, tapi adanya dukungan dari struktur maupun itu sendiri. Realitas yang terjadi di dinamika politik di Indonesia tidak terlepas dari demoralitas struktur sosial politik dewasa ini yang melupakan esensi dari politik itu sendiri. Tidak sedikit yang menjadikan jabatan publik sebagai ladang bisnis dan hegemoni kekuasaan sehingga yang cara apapun akan dilakukan untuk merealisasikannya. Jadi kalau kita mengurus agen tanpa memperbaiki sistem yang bobrok tidak mungkin hal yang sama akan terjadi. Sebenarnya banyak cara untuk memperbaiki blunder maupun politisasi yang dilakukan pejabat tersebut. Salah satunya dengan tidak melabelling bahwa politik adalah ladang bisnis, jika ini diteruskan maka stereotype tentang politik bisnis akan lestari dan munculnya agen agen baru yang melakukan politisasi akan lebih berpotensi.

Komentar