Surabaya (24/9) – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) adalah salah satu kegiatan perkampusan yang dilaksanakan satu kali dalam setahun, acara tersebut dilaksanakan dengan sangat meriah oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Acara tersebut merupakan acara penyambutan dari pihak kampus kepada para mahasiswa yang berhasil masuk menjadi mahasiswa baru secara resmi. Akan tetapi, banyak hal terjadi selama satu tahun terakhir diantaranya Pandemi Covid-19 ini yang dimana mengubah semua kebiasaan orang diseluruh dunia mulai dari industri, kesehatan, dan pendidikan tidak terkecuali kegiatan PBAK tahun ini yang harus dilaksanakan berbeda dengan berbagai macam problema yang harus dihadapi didalamnya.
“PBAK sangat berbeda secara konsepan dan teknis pelaksanaan, untuk konsepan mungkin kita dari dulu sudah terbiasa dengan setiap tahun yang melaksanakan PBAK secara offline sehingga membentuk sebuah budaya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Namun, untuk saat ini sangat berbeda drastis sehingga kita harus berubah dengan mencoba formulasi baru karena kita tidak bisa membohongi keadaan yang terjadi disekitar dan kita juga tidak bisa terpaku dengan tahun-tahun yang lalu maka kita tidak akan pernah bisa maju dan berkembang, ini juga menjadi tantangan untuk kita yang sebelumnya sering mendengarkan soal Revolusi Industri 4.0, apakah kita siap? Jika tidak siap maka kita akan ketinggalan jaman. Perihal teknis pelaksanaan juga sama kita mungkin saat ini belum siap dengan berbagai persiapan yang diperlukan maka hal tersebut menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi kita yang perdana atau pertama kali menyelenggarakan PBAK Online yang dibatasi oleh jaringan, jarak, dan berbagai macam hal yang lainnya yang bisa kita gunakan untuk menjadi lebih baik dan sempurna kedepannya”. Tutur Feryan Airlangga, selaku ketua Senat Mahasiswa (SEMA) FISIP.
Secara relevansi kegiatan PBAK secara daring, An'im Reza Isni Mubarok selaku ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FISIP memberikan tanggapan " Inti dari kegitan PBAK ini harus ada follow up dan tidak berhenti di PBAK Online saja yang hanya dilaksanakan selama 3 hari yang dimana setiap fakultas memiliki cara sendiri untuk mem-follow up kegiatan PBAK Online ini, Fakultas kita sendiri sudah menyiapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dimana kegiatan tersebut diberikan kepada mahasiswa baru bahwa kedapannya ini kegiatan perkuliahan akan dilakukan secara daring sehingga mereka siap dan PJJ ini diserahkan oleh fakultas kepada ketiga Program Studi (PRODI) masing-masing".
Sedangkan Alfarobi selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASOS) memberikan tanggapan berbeda dengan ketua DEMA FISIP mengenai relevansi dilaksanakannya PBAK Online ini "PBAK Online ini sebenarnya tidak relevan karena banyak sekali peserta yang kurang serius dan tidak dapat memahami informasi yang diberikan kepada mereka. Saya juga lebih condong kearah PBAK Offline, yang mana peserta ini banyak yang mengeluh soal paket data yang sebelumnya ada informasi soal subsidi kuota internet akan tetapi mereka tidak mendapatkan subsidi tersebut sehingga mereka harus mengupayakan sendiri soal kuota ini dan menyebabkan mereka kesusahan sehingga memberatkan para mahasiswa dimana kampus menginstruksikan PBAK online akan tetapi tidak ada bantuan kuota dari kampus", Menambahkan "Bahwa kami sudah berinisiatif dan menyiapkan mentor sebaya untuk mem-follow up mahasiswa pasca PBAK ini, agar mahasiswa tetap bisa mendapatkan bimbingan dan dampingan dari kami".
Terkait memudahkan atau menyusahkan dengan diadakannya PBAK Online ini, Musliman selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) memberikan pendapat" Dalam hal efektifitas tentu saja lebih efektif untuk dilaksanakan secara tatap muka, karena pemateri bisa memberikan materi dengan lebiha traktif kepada peserta dan bisa lebih diterima dengan baik oleh peserta. Pelaksanaan PBAK Online juga memancing para peserta ini untuk tidak serius dan tidak konsentrasi, banyak sekali peserta yang saat dilaksanakan pemberian materi malah sambil rokokan, tiduran, dan makan sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan maka dari itu PBAK Offline memberikan jaminan hal-hal tersebut tidak terjadi dan goal yang dibuatakan lebih tercapai, tetapi kita melakukan dengan keterpaksaan ditengah kondisi seperti ini sehingga mau tidak mau maka kita harus melakukan secara online". Perihal pengadaptasian PBAK menjadi Online ketua HIMAPOL periode 2019/2020 turut berkomentar." Bahwa sebenarnya semua sama saja dengan goal yang sama pula yaitu untuk mengenalkan budaya akademik dan tipologi kampus akan tetapi hanya berganti teknis pelaksanaan dimana para mahasiswa baru ini belum siap untuk melewati kegiatan ini dengan berbagai kendala seperti jaringan yang tidak tersedia dirumahnya dan kuota internet yang mahal tapi harus tetap dibeli dan seharusnya teknis seperti itu lebih dipersiapkan oleh kampus".
Terkait kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan PBAK Online ini, Rizky Ghozali selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) memberikan pendapat “Seberat-beratnya kendala yang dialami oleh panitia tidak lebih berat kendala yang dialami oleh para peserta yang dimana mereka diharuskan melakukan kegiatan Online tanpa ada bantuan kuota sedikit pun yang diberikan oleh kampus kepada mahasiswa baru, hal itu juga diperparah jika orang tua atau keluarga dari para mahasiswa ini memang bukan berasal dari keluarga yang mampu. Hal tersebut pula yang membuat pelaksanaan PBAK tahun ini menjadi sangat ribet dan berat untuk para mahasiswa baru. (ftra/shrl.)
Komentar
Posting Komentar