Surabaya (9/3/22) Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia, salah satunya sektor pendidikan. Fenomena tersebut membuat pemangku kebijakan khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia harus dengan sigap mengambil tindakan karena sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses pendidikan. Kegiatan belajar-mengajar pada sekolah dan perguruan tinggi hampir di semua negara yang terdampak pandemi covid-19 memberlakukan kebijakan pembelajaran dari rumah atau pembelajaran daring.
Hal tersebut juga dilaksanakan oleh kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Terutama bagi Mahasiswa angkatan 2020 yang melaksanakan pembelajaran daring selama tiga semester dan Mahasiswa angkatan 2021 pembelajaran daring selama 2 semester. Hingga terbitlah surat edaran nomor 342 tahun 2022 tentang penyelenggaraan perkuliahan tatap muka (PTM) semester genap tahun akademik 2021/2022 pada UIN Sunan Ampel Surabaya, yang menyatakan dalam ketentuan nomor dua dan tiga bahwa untuk semester dua dan empat, perkuliahan dilakukan secara tatap muka. Sedangkan semester enam keatas dilakukan secara daring.
Mahasiswa semester dua dan empat melaksanakan pembelajaran tatap muka sejak 1 Maret 2022. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan pemenuhan protokol kesehatan yang sesuai SOP. Terutama bagi Mahasiswa FISIP yang menempati kampus baru di Gunung Anyar.
Pembelajaran tatap muka ini juga menuai pro dan kontra dikalangan dosen dan Mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa perkuliahan tatap muka yang dilaksanakan kurang efisien karena dengan adanya pembatasan, pembelajaran hanya dilaksanakan dalam waktu satu jam. Terlalu singkat apalagi jika terdapat beberapa sks dalam satu waktu pembelajaran.
Proses Pembelajaran tatap muka akan terus mengalami evaluasi oleh kampus bertujuan untuk peningkatan sistem pembelajaran serta pelayanan kampus untuk menghadapi pembelajaran tatap muka sepenuhnya. “Kita gunakan waktu ptm ini dengan sebaik-baiknya karena bagaimanapun juga sebenarnya pendidikan itu meskipun daring entah satu kali maupun dua kali luring itu harus ada. Karena disitulah ada interaksi antara mahasiswa dan dosen, ada proses pembelajaran yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi.” Tutur Dr. Dwi Setianingsih, M.Pd.I.
Doc.LPM PARLEMEN |
Disamping itu, kita dapat melihat infrastuktur serta fasilitas yang diberikan selama pembelajaran tatap muka khususnya di FISIP. Mahasiswa di FISIP setuju bahwa infrastuktur kampus 2 sangat mengesankan dan fasilitas yang ada baik dan nyaman, seperti kelas yang dingin dll, khususnya fasilitas pembelajaran dalam kelas. bahkan digadang-gadang sebenarnya kampus 2 bisa melakukan pembelajran dengan metode hybrid, namun masih perlu banyak evaluasi untuk melakukan hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dr. Dwi berikut ini, “Secara infrastuktur sebenarnya di FISIP ini sudah sangat lengkap dan sangat support untuk dilakukan hybrid, tetapi karena banyak kendala yang belum bisa dipenuhi sehingga banyak hal yang harus dipersiapkan dari SDM nya, kesiapan SDM juga kesiapan dari mahasiswa untuk bisa menggunakan tools dengan baik itu butuh proses. Tapi secara kapasistas itu sudah sangat bagus sekali, hampir sudah ada smart class juga. Ada 2 ruangan smart class dimana itu secara tools sudah mampu untuk melakukan perkuliahan secara hybrid. Tetapi karena SK Rektor untuk semester 2 dan 4 adalah PTM, ya itu yang dilaksanakan sementara ini. Tapi andai kedepan ada sesuatu hal, sebenarnya smart class sudah bisa untuk dilakukan hybrid dalam perkuliahan.”
Dr. Dwi Setianingsih, M.Pd.I. selaku dosen pengajar di fisip memberikan harapan “ Saya berharap dengan fasilitas yang sudah support untuk melakukan perkuliahan yang bisa daring maupun offline itu bisa digunakan secara maksimal. Kalau untuk ptm yang saat ini masih kondisi pandemi seperti ini itu harus tetap prokes itu harus diperhatikan, itu nomer 1 bagi saya ikhtiar itu adalah wajib yah hukumnya wajib untuk dilakukan. Harus dilakukan antara mahasiswa dengan dosen harus melakuakan dengan baik sesuai dengan prokes karena hal ini akan memberikan dampak bukan hanya untuk mahasiswa dan dosen tetapi juga akan berpengaruh kepada keluarga kalau sampai ada yang terpapar virus. Tetapi kalau kedepan memang ini perkulaiahan sudah normal, saya berharap seluruh tools yang ada, prasarana dan infrastuktur yang ada ini tetap harus digunakan secara maksimal dengan baik dalam arti harus ada SOP, upamanya menggunakan smart class itu bagaimana, kemudian juga kode etik mahasiswa itu harus bagaimana, itu harus kita taati bersama-sama. Harus ada SOP dalam setiap penggunaan sarana dan prasarana tadi. Tinggal bagaimana kita memaksimalkan infrastuktur yang ada dengan baik, yaitu kita akan mempersiapkan SDM itu untuk bisa menggunakan infrastuktur yang high technology ini, juga bagaimana mahasiswa itu menggunakannya dengan baik agar bisa memperoleh manfaat dari teknologi tersebut.” Beliau juga memberikan beberapa pesan, “Pertama, jaga prokes baik itu dosen maupun mahasiswa. Kalau kondisi mendesak sekali ya daring tidak apa-apa. Jangan sampai dengan PTM ini kita berbuat seenaknya, akhirnya tambah berdampak yang negatif terhadap seluruh proses pembelajaran itu kita sendiri yang akan rugi.” (Ihm).
Komentar
Posting Komentar