Untuk menjadi sebuah universitas besar hingga tersohor dalam lingkungan Asia maka diperlukan
adanya peningkatan sarana, dan prasarana yang membutuhkan adanya dana yang
mumpuni. Oleh sebab itu dengan berbagai model sosial, politik, dan ekonomi
Prof. Muzaki juga mengartikan Rencana
Strategi Bisnis (RSB) UIN Sunan Ampel Surabaya ke dalam 3 kata kunci penting menurutnya yaitu Islamic
Socio-Preneur University, yaitu perguruan tinggi berbasis interpreneurship
sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai keislaman. “Identitas keislaman yang
terdapat dalam UIN itu tidak boleh luntur dan juga harus menjadi kanal bagi para santri,
umat kita secara keseluruhan. Maka yang kuliah di sini itu tidak boleh hanya
yang kaya raya, yang menengah ke atas,” ungkap Prof. Muzakki yang kemudian
dengan menggunakan konsep Socio-Preneur University, beliau membangun 5
pilar.
Pilar pertama, Writers University.
“Saya ingin teman-teman yang masuk di UIN Sunan Ampel Surabaya dapat menjadi
penulis. Tidak ada ruginya menjadi penulis. Saya ini bisa menjadi guru besar
pada usia yang cukup muda sebagai rektor sejauh ini karena menulis. Saya ingin
dosen kita menjadi penulis, mahasiswa mulai semester 1 sudah dilatih menjadi
penulis. UINSA harus menjadi kampus menulis. Dalam strategi saya nanti akan
muncul rumah publikasi di UINSA, tidak sekedar rumah jurnal. Saya ingin
marwah sebagai kampus akademik itu terwujud.” Prof. Muzakki juga memaparkan
bhawa tidak ada kerugian dari menjadi seorang penulis. Mungkin sekarang kita
tidak tahu nilai penulis itu, tetapi nanti akan merasakan.
Pilar kedua, Engaged University. “UIN
Sunan Ampel Surabaya harus dekat dengan masyarakat. Saya ingin siswa, dosen,
pegawai, ke depannya itu menjadi apa yang disebut kalau kalian kalau baca
teorinya Gramschi dengan istilah intelektual organik dan intelektual
tradisional itu tetapi hidup dengan masyarakat, intelektual organik itu adalah
tumbuh dan menjadi bagian dari nafas hidup masyarakat.” Yang dimaksud dengan
“dekat dengan masyarakat” adalah kampus yang berbasis pada pengabdian dan
pengembangan terhadap masyarakat. Prof. Muzakki juga memaparkan bahwa UIN Sunan
Ampel Surabaya terkenal dan sejak 15 tahun lalu sudah diapresiasi langsung oleh
pemerintah dalam bidang pendampingan masyarakat.
Pilar ketiga, Pro Poor University.
“Berapa banyak keluarga prasejahtera yang bisa mengenyam kuliah di kampus kita.
Bagaimana caranya kita pikirkan, mulai dari paket beasiswa dan seterusnya.”
Tutur Prof. Muzakki yang kemudian dipaparkan bahwa untuk menciptakan kampus yang sensitif dengan kaum papa maka diperlukan adanya jejaring.
Jejaring itu menjadi penting dengan dunia usaha dan industri agar terciptalah
paket-paket beasiswa untuk mengakomodasi warga masyarakat kaum papa, dan
kembali kepada pilar kedua bahwa hal tersebut penting dilakukan untuk bisa
dekat dengan mereka.
Pilar keempat, Kampus
Rahmatan Lil Alamin. Munculnya kecurigaan terhadap Islam yang dapat berujung
pada disharmonis disebabkan karena kesalapahaman terhadap Islam maupun
sebaliknya. Indonesia yang sekarang menjadi kiblat, dilirik banyak orang untuk
menjadi centrum bagi relasi antar umat beragama. Relasi intern umat Islam yang
memiliki banyak kelompok tersebut. “UIN Sunan Ampel Surabaya ingin hadir untuk
menjadi penguat bagi Islam Indonesia. Menjadi referensi banyak orang untuk
menciptakan harmoni Islam yang rahmatan lil alamin dan seterusnya.” Prof.
Muzakki juga memaparkan bahwa Beliau ingin agar UINSA dapat menjadi referensi bagi Indonesia Islam.
Pilar Kelima, Interpreneur University.
“Saya ingin UINSA glowing
dibidang akademik dengan cara sumber fiskalnya dibesarkan tetapi tidak
semata-mata didasarkan pada UKT. Hal tersebut dapat ditempuh dengan cara semua
layanan yang ada ini kita value-kan. Semua nilai aset itu harus dihitung untuk bisa memiliki pendapatan. Kita sudah BLU.
Pendapatan negara bukan pajak, artinya kita boleh memperoleh pendapatan sendiri
meski SPJ-nya diatur negara, jadi mahasiswa bisa mendapataan sarana dan prasarana yang
terbaik.” Tutur Prof. Muzakki yang ingin menjadikan UINSA sebagai ampus kewirausahaan dalam pilar terakhirnya ini.
Pada hakikatnya agar menjadi universitas lebih maju juga diperlukan adanya tindakan yang tidak hanya dari rektor saja tetapi dibutuhkan adanya kerjasama terhadap seluruh warga UINSA. Salah satu hal yang harus ditanamkan dalam hati dan pikiran yaitu apa yang disebut dengan akhlak atau kode etik. Sejalan dengan pemaparan Prof. Muzakki bahwa ada 3 pilar di FISIP, yaitu Intelektual, Aktivis, Spiritual. Karena pada akhirnya yang dihitung oleh banyak orang adalah akhlak kita. Beliau berpesan, “Belajarlah, berproseslah termasuk di dunia jurnalistik Indonesia. Jaga kode etik, jangan takut salah ketika berproses karena dapat menyebabkan kreativitas dan inovasi tidak muncul. Yang bisa membuat kita hidup dalam kemuliaan karena kita diikat oleh etika.” Selain itu, beliau juga ingin mensosialisasikan agar tidak ada penyebutan kampus 1 dan 2. Menurut pengalamnnya selama menempuh pendidikan diluar negeri, jika ada cabang kampus itu yang disebut adalah nama tempat. UINSA@Ahmad Yani, UINSA@gunungnayar. “Ibarat kata jangan jadikan aku yang kedua. Jadi sama-sama bisa menggunakan fasiitas yang ada.” Tutur Prof. Akh. Muzakki, Grad Dip. SEA. M. Ag. M.Phil. Ph.D. (Jd, Hd, Nba, Ihm).
Komentar
Posting Komentar