Kontribusi Pers Terhadap Isu Climate Change: Simak Sekolah Jurnalisme Lingkungan PPMI DK Surabaya 2023

 


Surabaya, (14/05/2023). Kegiatan pelatihan atau seminar jurnalistik lingkungan telah diadakan oleh PPMI DK Surabaya dengan mengusung tema “Sekolah Jurnalisme Lingkungan”, dengan tagline #Bila Mulutmu Disumpal, Angkatlah Penamu!. Hal ini merupakan upaya peduli kaum Persma terhadap isu-isu lingkungan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Mei 2023 pada pukul 09.30-15.00 WIB di Gedung Menara Sains ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) lantai 301-302.

Acara ini dibuka oleh Laurensius Raka selaku Ketua Pelaksana dan dilanjut dengan pemaparan materi pertama yaitu “Dasar-Dasar Jurnalistik” oleh Dimas Kuswantoro selaku Sekjen PPMI DK Surabaya. Kemudian dilanjut dengan materi “Sekolah Jurnalisme” oleh Wahyu Eka Setyawan selaku Direktur WALHI Jawa Timur. Materi terakhir disampaikan oleh Asad Asnawi selaku bagian dari SIEJ mengenai “Pengertian dan Ruang Lingkup Jurnalisme Lingkungan.” Adapun sesi terakhir setelah materi selesai yaitu pengambilan foto bersama oleh panitia.

Peserta dalam kegiatan ini merupakan beberapa anggota dari masing-masing Persma yang berada dalam naungan PPMI DK Surabaya. Kegiatan ini berjalan dengan khidmat yang dapat dilihat pada para peserta yang sangat antusias dalam berdiskusi mengenai jurnalisme melalui sesi tanya-jawab dengan pemateri, selain itu juga karena ruang aman yang tercipta pada tempat berlangsungnya acara yang dapat dirasakan dari atmosfir diskusi pada saat acara berlangsung meskipun beberapa teman-teman masih takut dalam menyampaikan pendapatnya selama diskusi. Selain itu, beberapa peserta juga mulai mengantuk seiring jalannya diskusi pada sore hari.

Jurnalistik sendiri merupakan serangkaian kegiatan mencari, mengolah, dan mengumpulkan berita, dengan menggunakan media berupa media cetak, elektronik, dan online. Adapun karakteristik dalam pers yang meliputi; universalitas, objektivitas, periodesitas, publisitas, dan aktualitas. Lingkungan sendiri termasuk salah satu topik dalam jurnalistik. Topik jurnalistik lainnya yaitu seperti, jurnalistik warga, jurnalistik penjaga, jurnalistik hiburan, foto jurnalistik, jurnalistik investigasi, dan lain sebagainya.

Disampaikan dalam kegiatan ini oleh Wahyu Eka Setyawan selaku pemateri kedua berdasarkan hasil riset bahwa, 91 dari 100 anak muda pada tiga kampus di Surabaya yaitu UPN, UNAIR, dan UIN, merasakan dampak climate change. Sedangkan 83 dari 100 anak muda ada tiga kampus di Surabaya yaitu UPN, UNAIR, dan UIN, mengatakan untuk melawan perubahan iklim dan perlu beralih ke ekonomi hijau. Oleh sebab itu, pers sebagai wadah Jurnalis dan merupakan pilar ke-4 dalam demokrasi memiliki peran penting sebagai wadah untuk bersuara. Suara tersebut juga dapat menjadi pertimbangan kebijakan oleh pemangku kebijakan.

Perlu adanya inovasi dalam sajian informasi mengenai lingkungan. Pembahasan mengenai lingkungan tidak hanya dapat dilakukan secara dalam melalui artikel ilmiah saja, namun pembahasan mengenai lingkungna bisa disajikan dalam bentuk cerpen, puisi, lagu, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari pembahasan lingkungan adalah mengenai kebaikan alam dahulu yang sekarang dirusak dengan begitu, informasi yang disampaikan tidak hanya memberikan edukasi namun juga seharusnya dapat mengajak masyarakat utamanya anak muda untuk bersuara, berinovasi dan beraksi.

Selanjutnya, materi terakhir mengenai pengertian dan ruang lingkup jurnalisme lingkungan yang berfokus kepada perubahan iklim (climate change) oleh Asad Asnawi yaitu tentang karakteristik jurnalisme lingkungan hidup, kemudian alasan pentingnya dan bagaimana cara kerjanya, tujuan daripada jurnalisme lingkungan sendiri, kemudian mengenai ruang lingkup sosiologi lingkungan serta sikap jurnalis dalam jurnalisme lingkungan hidup, hingga dampak lingkungan terhadap segala sektor. Adapun dampaknya yang paling berpengaruh yaitu dampak terhadap kesehatan, dan apabila diperkirakan maka besar jumlah biaya kerugian negara terhadap sektor ini dalam konteks penanganan lingkungan yaitu mencapai triliunan rupiah. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam pembahasan lingkungan di Indonesia perlu diingat tragedi lumpur lapindo yang merupakan tragedi bersejarah di Indonesia pada 29 Mei 2006 yang merusak alam dan merugikan penduduk sekitar hingga saat ini.

Setiap dari kita adalah penulis, meskipun kita bukan merupakan seorang jurnalis tetapi kita masih bisa berkontribusi dalam menyelamatkan alam kita. Berbagai fenomena mengenai alam akhir-akhir ini merupakan petunjuk dari alam agar kita sebagai manusai yang menerima dan memanfaatkan alam dapat lebih baik dalam memperlakukan alam. Banyak hal yang bisa kita lakukan misalnya saja dengan tidak membuang sampah sembarangan. Satu hal baik dan kecil yang mungkin kurang dipahami bahwa kebaikan tersebut dapat menjadi inspirasi orang lain dan dengan konsisten dapat menyelamatkan alam kita dari kondisi yang lebih buruk. (NH, MIS)

Komentar