Surabaya, 15 Agustus 2023. PBAK 2023 sudah memasuki hari kedua. Berbeda dengan
hari pertama, hari ini mahasiswa baru kembali ke fakultas masing-masing. Untuk
mahasiswa baru yang berasal dari FISIP berkumpul di halaman depan gedung FISIP.
Kerumunan maba terdengar beberapa slogan diucapkan, salah satu yang
menarik adalah “Iki Fisip cok”, slogan ini menjadi salah satu yang paling unik
dari aktivitas PBAK fakultas yang memiliki tiga prodi ini. Kalimat tersebut
menjadi slogan kebanggaan dalam acara tahunan pengenalan budaya akademik dan
kemahasiswaan (PBAK). Penggunaan kata “cok” sudah digunakan tiga tahun,
ditandai dengan PBAK Askara Jingga ini sebagai tahun ketiganya.
Kata “cok” memiliki makna tersendiri, “cok” merupakan singkatan dari
cerdas, organisatoris kritia dan kreatif yang menunjukan ciri khas mahasiswa
Fisip yang berintelektual dan berpikir kritis, tapi tetap menjadi organisatoris
yang baik diimbangi dengan jiwa yang kreatif.
Menurut Saiful Bahar, Wakil Dekan Fisip. "Cok” dapat
diinterpretasikan sebagai panggilan sayang. Bahar juga mengajak mahasiswa baru
untuk bangga dengan kata “cok” yang merupakan ciri khas orang Surabaya. Bahak
membawa fakta sejarah tentang kekalahan Inggris di Surabaya yang mana pasukan Sunan
Ampel menjadi aktor utama.
Para Santri Sunan Ampel berani berperang dengan niat untuk jihad, hal
ini mengherankan Inggris karena keberanian mereka. Di tangan Santri Sunan
Ampel, gugur dua jendral Inggris, menandai pertama kalinya Inggris kehilangan
dua jendral sekaligus dalam satu pertempuran, hal ini mendasari Bahar
menekankan mahasiswa baru bangga menjadi warga Surabaya.
Di akhir, Bahar mengatakan bahwa ghiroh perjuangan ada di jiwa mahasiswa
Uin Sunan Ampel saat ini. Selamat menjadi warga Surabaya, Selamat menjadi Bonek
dan selamat menjadi santrinya Sunan Ampel, ujar Bahar mengakhiri sesi
materinya.
Interpretasi atas redaksi "cok" ini kemudian dikritisi oleh
mahasiswa baru. Menurut Rifki, mahasiswa baru dari Sosiologi, mengatakan bahwa
di daerah asalnya kata "Cok" merupakan penggalan dari kalimat kasar,
tetapi hal itu berbeda dengan "cok" di Surabaya yang menandakan
panggilan akrab. Penggunaan kata "cok" sebagai ciri khas orang
Surabaya awalnya membuat Rifki kaget karena konstruk budaya daerahnya yang
berbeda. Setelah pemaparan dari Bahar, Rifki dapat mendapat makna lain yang
terkandung dalam "cok".
Dari kata identitas "cok" ini Rifki mengambil pesan bahwa
Surabaya adalah kota yang keren karena dapat mengalahkan penjajah, Inggris, hal
ini memotivasi Rifki untuk memiliki jiwa yang pemberani seperti yang
dicontohkan pahlawan-pahlawan dari Surabaya.
“Menurut pemahaman saya dari materi Bapak Saiful Bahar tersebut, bahwa
slogan “COK” yang dikatakan ialah untuk menyatakan kita dalam ikatan, yaitu
sesama FISIP UINSA. Sehingga sudah terjalin keakraban satu sama lain.” ucap
Faiqotul Nur Khasanah salah satu mahasiswa baru FISIP.
Terdapat makna lain pula pada kata “COK” yang dipahami oleh Faiqotul
saat materi tersebut, yaitu kita harus bangga menjadi orang surabaya. Beralasan
bonek yang tidak kenal takut untuk memerangi dua Kolonel Inggris sekaligus pada
masanya, dan hanya di Surabaya, Inggris dapat dikalahkan. (NLS, RD).
Komentar
Posting Komentar